Mengungkap Kekayaan Ilmu dan Pengetahuan

Sabtu, 16 Agustus 2008

Buat Orang Pede jadi Presiden, Itu Prestasi SBY-JK

JAKARTA, SABTU

Satu pernyataan menarik dikeluarkan oleh Koordinator Gugus Nusantara Bondan Gunawan saat berbicara tentang keberhasilan pemerintahan saat ini. Dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (16/8), Bondan mengatakan, keberhasilan SBY-JK adalah membuat banyak orang memiliki kepercayaan diri dan beramai-ramai ingin menjadi pemimpin negeri ini.

Ketika ditanya apa maksud pernyataannya, Bondan menjelaskan, "Ya karena ternyata untuk menjadi Presiden itu tidak harus mengambil risiko apa-apa, mengambil keputusan juga nggak. Sepertinya gampang sekali menjadi Presiden," kata Bondan seusai diskusi.

Pernyataan Bondan itu didasari semakin banyaknya tokoh-tokoh yang berseliweran di media dengan beragam iklan berbau kampanye personalnya. Apa yang ditangkap melalui iklan-iklan itu adalah, bahwa untuk menjadi pemimpin cukup diraih dengan cara mempopulerkan diri, tanpa mempertimbangkan kemampuan diri.

Hal itu, menurut Bondan, berkaca dari apa yang dilakukan pemimpin saat ini yang dinilainya lamban mengambil keputusan dan bahkan menganulir keputusannya sendiri. "Coba kita lihat di iklan-iklan, ngomong di TV, memasang spanduk, seolah-olah mereka sudah berbuat untuk bangsa. Itu sederhana sekali. Orang tidak melakukan inward looking, tapi karena dia merasa mampu dan punya duit, maka dia berkampanye. Seolah-olah memimpin itu cukup dengan berkampanye," ujar Bondan, yang pernah dekat dengan Gus Dur saat membentuk Forum Demokrasi.

Idealnya, pemimpin masa depan dalam kacamata Bondan, adalah sosok yang berani mengambil risiko dan mampu menegakkan nilai-nilai kebenaran. Jika itu yang terjadi, maka Indonesia telah mendapatkan pemimpin yang pro rakyat, meskipun akan menjadi musuh kapital atau pemilik modal.

Apakah ada sosok yang dipandangnya ideal saat ini? Bondan sempat menyebut dua nama: Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Prabowo. "Kalau yang ada sekarang inikan sudah teruji, kita sudah tahu nilainya. Saya rasa kita perlu memberi kesempatan kepada yang belum diuji, bisa Sultan atau Prabowo. Tapi bukan berarti saya membatasi pilihan pada dua orang itu, kalau nanti muncul calon alternatif lain, kenapa tidak?," ujar Bondan.



*kompas (http://www.kompas.com)

Tidak ada komentar: